Bendungan PLTA di Desa Pestak Kembali Telan Korban, Warga Soroti Lalainya Perusahaan. 

Yusra Efendi
13 Agu 2025 12:07
PERISTIWA 0 500
2 menit membaca

Aceh Tengah, SCNews.co.id – Tiga bendungan yang dibangun sebagai bagian dari proyek Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) di Desa Pestak kecamatan Bebesen,Kabupaten Aceh Tengah, kembali memakan korban jiwa. Warga menilai perusahaan pelaksana proyek lalai menjalankan tanggung jawab keselamatan, karena hingga kini fasilitas tersebut tidak dilengkapi tanda peringatan atau rambu bahaya.

 

Sejak bendungan itu berdiri, sudah tiga nyawa melayang di lokasi yang sama. Tahun 2019, satu warga dilaporkan tenggelam. Tragedi serupa terulang pada 2023, ketika seorang santri Pesantren Darussalam bernama Muklisin meninggal dunia. Terbaru, pada 2025, seorang anak warga Desa Pestak menjadi korban berikutnya.

 

Menurut Iko, warga setempat,yang juga sebagai orang yang sempat menyelam mencari korban pada siang dini hari tadi menjelaskan bahwa potensi bahaya di lokasi tersebut sangat tinggi. “Tidak ada papan peringatan, tidak ada pagar pengaman. Kedalaman bendungan mencapai 4–5 meter, panjangnya sekitar 10 meter. Anak-anak sering mandi di sana tanpa tahu risikonya,” ujarnya.

 

Warga menilai perusahaan yang membangun dan mengoperasikan fasilitas PLTA di titik itu telah mengabaikan prinsip keselamatan publik. Padahal, standar keamanan proyek semacam ini seharusnya mengacu pada ketentuan teknis yang mewajibkan adanya rambu peringatan, penghalang fisik, dan pengawasan rutin untuk mencegah korban.

 

Kondisi ini memunculkan pertanyaan besar, bagaimana mungkin sebuah proyek raksasa dengan investasi miliaran rupiah abai pada nyawa manusia? Tanpa langkah nyata, bendungan tersebut dikhawatirkan akan terus menjadi “jebakan maut” bagi warga, khususnya anak-anak yang bermain di sekitar area.

 

Kini, masyarakat Desa Pestak mendesak pemerintah daerah dan pihak berwenang untuk menegur keras perusahaan, sekaligus memastikan perbaikan sistem keamanan di seluruh titik bendungan PLTA. Bagi warga, kehilangan tiga nyawa sudah lebih dari cukup untuk membuktikan bahwa kelalaian ini tidak bisa lagi ditoleransi.

 

 

Tim Redaksi.

 

Tidak ada komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

x
x