Mengenal Budaya, Menyelamatkan Gajah: Rumah Budaya Gayo Dorong Sinergi Manusia dan Satwa

Yusra Efendi
21 Agu 2025 11:03
BERITA 0 745
2 menit membaca

Takengon, SCNews.co.id – Upaya menyelamatkan gajah Sumatra yang kian terdesak habitatnya kembali mendapat sorotan dalam Workshop Alam dan Budaya bertajuk

 

“Mengenal Kebudayaan, Menyelamatkan Gajah”, yang digelar Kamis, 21 Agustus 2025 di Takengon.

 

Ketua Rumah Budaya Gayo (RBG), Bobby Wan Prinu Tarigan, SE, menegaskan bahwa penyelamatan gajah tidak bisa hanya dipandang dari sisi konflik satwa, melainkan juga harus menyentuh sisi manusia sebagai pihak yang paling sering bersinggungan.

 

“Kita jangan hanya berbicara soal konflik bersama gajah, tapi bagaimana mengatasi konflik dengan manusianya. Karena ujungnya adalah bagaimana manusia beradaptasi, memahami, dan ikut menjaga keberlangsungan hidup gajah,” ujar Bobby.

 

Dalam paparannya, Bobby menguraikan lima strategi utama yang dapat dilakukan:

 

1. Pengelolaan Habitat Gajah

-Membuat koridor satwa agar gajah bisa berpindah hutan tanpa masuk ke lahan warga.

-Restorasi hutan untuk mengembalikan sumber makanan alami.

-Perluasan taman nasional dan kawasan konservasi.

 

2. Mitigasi di Tingkat Masyarakat

-Penggunaan pagar alami dari bambu rapat atau tanaman berduri.

-Pagar listrik ramah satwa yang tidak mematikan.

-Menanam tanaman penghalau seperti cabai dan jahe.

-Sistem peringatan dini dengan lonceng, meriam karbit, hingga sensor modern.

 

3. Pendekatan Sosial dan Edukasi

-Pelatihan masyarakat agar mampu menghalau gajah tanpa melukai.

-Program kompensasi untuk petani yang mengalami kerugian.

-Edukasi konservasi agar masyarakat memahami pentingnya gajah bagi ekosistem.

 

4. Teknologi Modern

-Pemantauan pergerakan gajah dengan drone dan GPS collar.

-Sistem peringatan cepat berbasis SMS atau radio.

 

5. Kebijakan dan Kolaborasi

-Dukungan regulasi perlindungan satwa dari pemerintah.

-Kerja sama lintas sektor: pemerintah, LSM, peneliti, hingga komunitas lokal.

-Menghubungkan Budaya dan Konservasi

 

Bobby menekankan bahwa pelestarian gajah tidak bisa dilepaskan dari kearifan lokal. Dalam budaya Gayo, alam bukan sekadar ruang hidup, tetapi juga bagian dari identitas masyarakat. Karena itu, penyelamatan gajah harus dipadukan dengan pendekatan budaya agar solusi yang dihasilkan lebih berkelanjutan.

 

“Gajah adalah bagian dari ekosistem yang lebih luas. Menyelamatkan gajah berarti juga menjaga keseimbangan alam, dan itu sejalan dengan nilai-nilai budaya kita,” tambahnya.

 

Workshop ini diharapkan menjadi titik awal kolaborasi nyata antara pemerintah, lembaga konservasi, dan masyarakat, demi terwujudnya harmoni antara manusia, budaya, dan gajah di Tanah Gayo.

 

 

Redaksi.

Tidak ada komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

x
x