Presma UGP: Tari Guel, Jalan Budaya Gayo dalam Menyikapi Konflik Gajah

Yusra Efendi
21 Agu 2025 11:21
DAERAH 0 42
2 menit membaca

Takengon, SCNews.co.id – Presiden Mahasiswa Universitas Gajah Putih (UGP), Asraf, menghadiri Workshop Peran Tari Guel dalam Menyikapi Konflik Gajah yang digagas oleh T. Aga Diwantona di Café Nusantara, Kabupaten Aceh Tengah.

 

Dalam kesempatan itu, Asraf memberikan apresiasi atas terselenggaranya kegiatan yang memadukan isu lingkungan dan budaya. Menurutnya, gajah bukan sekadar satwa, melainkan simbol kehormatan bagi masyarakat Gayo.

 

“Gajah adalah hewan yang hidup berkelompok, mereka menghadapi rintangan bersama dan merasakan kebahagiaan bersama. Gajah juga dikenal sebagai salah satu hewan paling cerdas setelah lumba-lumba, dengan kemampuan empati yang tinggi serta daya ingat luar biasa, bahkan mampu mengenali wajah manusia yang pernah ditemuinya,” ungkap Asraf.

 

Ia juga menyampaikan rasa duka atas berbagai insiden yang menimpa gajah Sumatra akibat konflik dengan manusia. Menurutnya, konflik ini dipicu oleh berbagai faktor, mulai dari penyempitan lahan, keterbatasan sumber makanan, hingga perambahan hutan yang terus terjadi.

 

Asraf menyoroti kebijakan penggunaan petasan dalam upaya menggiring gajah kembali ke hutan. Menurutnya, cara tersebut tidak hanya tidak efektif, tetapi juga berbahaya karena dapat menimbulkan dendam satwa terhadap manusia.

 

“Dana untuk membeli petasan seharusnya dialihkan untuk menanam bibit tanaman pangan yang bisa menjadi sumber makanan gajah. Dengan begitu, gajah tidak perlu lagi turun ke permukiman,” tegasnya.

 

Lebih jauh, Asraf menekankan bahwa manusia masih bisa bersahabat dengan satwa tersebut. Ia menyinggung warisan budaya Gayo berupa Tari Guel, yang sejak dahulu dipercaya mampu menaklukkan gajah melalui pendekatan seni dan harmoni.

 

“Segala sesuatu yang dilakukan dengan hati akan berbuah baik. Mengusir gajah dengan cara-cara keras justru akan membawa malapetaka di kemudian hari. Budaya kita sudah mengajarkan bahwa hubungan dengan gajah bisa dijaga dengan cara yang penuh nilai dan kearifan,” pungkasnya.

 

Asraf berharap, workshop ini dapat menjadi momentum untuk membuka hati nurani masyarakat agar lebih peduli terhadap kelestarian alam dan satwa liar, khususnya gajah Sumatra yang kian terdesak habitatnya.

 

 

Redaksi

 

 

Tidak ada komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

x
x