*” Semakin Bodoh Seseorang, Semakin Tidak Misterius Keberadaanya “*

Yusra Efendi
22 Jul 2025 12:21
BERITA 0 46
2 menit membaca

Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering bertemu dengan orang-orang yang tanpa sadar memperlihatkan seluruh isi pikirannya dalam bentuk yang polos, mentah, dan terbuka. Tidak ada lapisan. Tidak ada kedalaman. Yang tersisa hanyalah eksistensi yang gamblang—terang-benderang tanpa teka-teki.

 

Kebodohan dalam konteks ini bukan semata-mata soal kurangnya pengetahuan, melainkan ketidakmampuan untuk merenung, mempertanyakan, atau memproses kompleksitas dunia. Orang bodoh cenderung berpikir secara linier, literal, dan dangkal. Karena pikirannya begitu sederhana, ia tidak menyimpan banyak rahasia. Apa yang ia pikirkan, itulah yang ia ucapkan. Apa yang ia inginkan, itulah yang ia kejar. Akibatnya, ia menjadi sepenuhnya bisa ditebak—tidak menyisakan ruang untuk teka-teki, nuansa, atau lapisan-lapisan karakter yang membuat seseorang tampak menarik atau “misterius”.

 

Bandingkan dengan orang yang berpikir dalam dan reflektif. Mereka sering menyimpan lebih banyak daripada yang mereka tampilkan. Pilihan kata-katanya, cara diamnya, bahkan caranya menatap dunia membawa dimensi yang tidak mudah ditebak. Orang semacam ini membangun misteri bukan karena sengaja ingin tampak rumit, tetapi karena mereka benar-benar sedang bergulat dengan kompleksitas pikiran dan emosi mereka. Di sanalah misteri manusia lahir: dari kedalaman batin, dari konflik internal, dari kemampuan untuk melihat dunia lebih dari sekadar hitam dan putih.

 

Sebaliknya, seseorang yang tidak memiliki kedalaman tidak bisa menyembunyikan apa-apa karena memang tidak ada yang perlu disembunyikan. Reaksinya bisa ditebak, keputusannya mudah dijelaskan, dan pikirannya sering kali bersifat reaktif, bukan reflektif. Inilah mengapa kebodohan membuat seseorang tampak telanjang secara eksistensial: ia hadir tanpa teka-teki, tanpa lapisan, tanpa ironi. Dunia dalam dirinya begitu dangkal sehingga siapa pun bisa mengukurnya dalam sekejap.

 

Dengan demikian, misteri bukanlah hasil dari kepura-puraan atau upaya untuk menjadi rumit, melainkan buah dari kecerdasan, kedalaman, dan kesadaran akan kompleksitas diri dan dunia. Kebodohan, di sisi lain, melucuti semua itu. Ia membuat manusia hadir seperti benda di etalase—terlihat seluruhnya, dimengerti seketika, dan dilupakan segera setelahnya. Maka benarlah, semakin bodoh seseorang, semakin tidak misterius keberadaannya.

Tidak ada komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

x
x